Pesan Untuk Senja (Musikalisasi Puisi)

Pesan Untuk Senja

“Kepada senja, aku ingin melihat kau bahagia, bersamaku”

 

———————–

Pesan Untuk Senja

Banyak kata untuk menggambarkan jingga dan merahnya senja.

Yang hangatnya mampu membuatmu tersipu dan merindu

Begitulah senja dengan gairah cintanya. Menerka rindu yang malu-malu

Apa aku harus menemuimu?

Senja merahku yang bahkan sampai pagi tiba, tak luput dari ingatanku.

Sepanjang malampun masih kurogoh sisa serpihan rindu yang tertinggal ditepian langit petang.

Pulanglah bersamaku.

Menyesap rindu-rindu yang selalu memanggil setiap kata namamu.

Tak lelahku memapah rindu.

Meratapi langit senja yang meruntuhkan cemas jika kau tak kembali kesini, ke hati.

Kepada senja, aku ingin melihat kau bahagia, bersamaku.

_dyazafryan_

Senja dan 2 Cangkir Teh Manis ( Musikalisasi Puisi )

Senja dan 2 cangkir teh manis

“Dalam tegukan terakhir, cerita yang indah selalu tertulis. Dihadapan senja yang terlukis, manis.”

 

——–

Kita duduk bersama, menatap jingga yang memerah.

Mensenjakan hati yang kita lukis lewat kata-kata

Angin kecil menerbangkan rambutmu,

Sementara aku memandang bibirmu yang sedang tersenyum pada dunia.

Kau menghirup hangat udara senja dan aku masih terpaku.

Kita, menikmati bisunya waktu yang terus berjalan maju tanpa ragu.

Kenapa aku begitu bahagia, ketika aku dan kamu menyesap pelan teh manis dalam cangkir putih itu.

Karena aku masih bisa memiliki semua tentangmu. Rasa, cinta, dan rindu.

Lalu kamu mulai bercerita tentang hari-harimu. Tentang puisi-puisi yang kau tulis dalam diari mungilmu.

Semua tampak sederhana dalam tawa kecil yang melenyapkan bisu.

Membiarkan senja yang merah berganti gelap.

Dalam tegukan terakhir, cerita yang indah selalu tertulis. Dihadapan senja yang terlukis, manis.

Puisi Karya Dyaz Afryan

Lebih Indah

Kita tertawa, Pada satu kesempatan saat titik-titik kelucuan menyentuh kalbu yang menegang.

Kita bersedih, Pada saat beribu-ribu rindu hanya membeku. Tak mampu meredakan rindu yang selalu saja merasuk.

Kita berharap pada senja yang selalu menghantarkan kebersamaan kita. Karena senja mendekatkan jarak kita.
Sejenak kulihat senjaku saat senyummu mampir di pikiranku.

Ah, Senyummu lebih indah dari senjaku.

Sebuah puisi untuk hari puisi.

Senja Untukmu..

Aku berada pada tingkat tertinggi sebuah kerinduan, dan ini aku persembahkan senja manis untukmu..

senjamu...

Senja yang baru saja ku potret dari tempat biasa aku merindumu. Salah satu tempat yang punya sedikit kenangan. Tempat kecil untuk menemukan kenyamanan, ketenangan dan ide-ide.

ini senja yang hangat, membiru pada langit yang luas membentang. Sebuah tanda betapa besar kuasa Tuhan yang harus ku syukuri, termasuk kenangan bersamamu. Tapi kali ini aku bersyukur untuk sebuah cerita baru dibalik senja yang tersenyum.

Padamu, kukirimkan senja sore ini dari kotaku dari atas rumahku dan dari lubuk hatiku.

————-

dan ini adalah sebuah tempat dimana aku membiarkan diriku menikmati setiap kesendirianku..

Tulisan kecil setelah senja akhirnya kembali mengalah pada malam.

_dyazafryan_

Senja diatas Samudera

Akan ada kekurangan dalam hidup seseorang, akan ada suatu kelemahan dalam hidup kita. Tapi Tuhan maha adil, DIA selalu menyelipkan keindahan serta kelebihan dibalik kekurangan tersebut. Dan inilah sebuah keseimbangan.

“Sepertinya alam mempertemukan kita, dan mempersatukan kita secara tidak sengaja. Menurutmu mungkin seperti itu, tapi bagi tuhan itu adalah sebuah rencana-NYA. Ya, Semua adalah sebuah rencana.”

****

Aku mengenalnya 4 tahun lalu saat liburan dipantai. Dia adalah anak teman dari tanteku. Tapi aku tak pernah menegurnya apalagi ngobrol sama dia dan tak pernah tau siapa namanya. Perempuan berambut sebahu dengan lesung pipit disebelah kirinya. Dan hari ini aku melihatnya lagi, ditempat ini, tempat yang seperti dahulu.

Sejak pagi aku melihatnya selalu tersenyum padaku, tanpa ada seucap kata ketika aku memberanikan diri menyapa “pagi” padanya. Sekejap aku sedikit kecewa hanya bisa melihat senyuman yang ditahannya tanpa membalas sapaku. “Hufth, nanti aku coba lagi deh” rutukku dalam hati.

Sekitar pukul 17:45 sore, menjelang matahari mulai terbenam, aku melihatnya duduk di dekat tepian pantai sedang menulis sesuatu di bukunya,sendiri. Aku mendekatinya dan juga duduk disebelahnya.

hai“, sapaku.

dan dia kembali tersenyum. ” Lagi-lagi cuma senyum” dalam hati aku berkata lagi.

“Halo” aku menyapanya lagi dan dia tersenyum lagi. Dengan perasaan kecewa aku hanya mengikutinya tersenyum..

“Tanya apalagi nih, kok aku jadi ngeblank, sial” hatiku kembali bicara.

hmm..nama kamu siapa?

5 detik terdiam, kemudian dia menunjuk kearah matahari terbenam., aku semakin bingung dan bertanya, “maaf, maksud kamu?

dia kembali lagi tersenyum, melihatku sambil menggepalkan kedua tangannya ke dadanya diikuti gerak bibirnya tanpa bersuara lalu kembali menunjuk kearah matahari terbenam.

Otak ku bergerak cepat menanggapi setiap geraknya, apa dia ngga bisa bicara? atau dia hanya malas bicara??. Dia lalu memberikan isyarat yang menunjukan kalo dia nggak bisa bicara. Aku terdiam dan sekejap aku teringat pembicaran ibuku, tanteku, temannya tentang cerita seoarang gadis yang nggak bisa bicara. ya.. dan orang itu adalah dia, wanita yang sedang ada dihadapanku sekarang.

sekali lagi aku bertanya padanya, “nama kamu siapa?

Karena takut aku tetap tak mengerti, dia menuliskan namanya diatas pasir. “SENJA”

Sejenak aku terdiam,, dan kembali lagi tersenyum. Lalu dia menggerakan kembali tangannya dan menuliskan sebuah kata, “kamu?”

lalu aku juga meniru gerakan dia sebelumnya dan menunjuk kearah yang sama.

Aku melihat gerakan bibirnya yang berkata tanpa bersuara,”senja?”

kemudian aku berkata “bukan.” dan aku lalu menggunakan kedua tanganku untuk mengembangkannya kesemua arah.

aku melihatnya lagi dan dia lalu menggeleng. aku tersenyum kembali dan mencoba mengulangi gerakannya sebelumnya. Aku lalu menuliskan namaku diatas pasir. “SAMUDERA” 

aku melihat bibirnya bergerak menyebut namaku dan mengindahkan namaku.

“kamu sedang nulis apa? suka menulis ya?

Dia melakukan sebuah gerakan yang berarti “semuanya“, lalu dia menunjuk dirinya, langit, anak kecil bersama ayah ibunya, kerang kecil dan seperti biasa diakhiri senyum yang sangat manis seraya angin laut berhembus dan menguraikan rambutnya.

“boleh aku lihat?“tanyaku.

Dia mengangguk dan memberikan buku berwarna pink itu padaku.

Butuh waktu yang cukup lama aku membaca semuanya, tentang hidupnya, tentang ayahnya yang sudah meninggal, tentang hari2nya, orang2 sekitarnya, tentang sebuah harap dan kecintaannya terhadap menulis.

Badanku bergemetar, darahku mengalir cepat, bulu kuduk ku berdiri, aku meresapi semuanya, ada sedih, senang, harap dan semuanya.

“tulisanmu sangat bagus, aku suka dan mungkin semua orang pasti akan suka“, kataku.

kami larut dalam sebuah percakapan tanpa suara, gerakan tangan, tulisan pasir, cahaya obor pantai yang hanya menerangi kami dan dinginnya angin laut. Diakhiri dengan senyum dan tawa tanpa suara.

Tuhan itu maha adil, DIA mencipatakan banyak kelebihan dari sebuah kekurangan. Dia wanita tuna wicara, yang pandai, pintar menulis bahkan cantik. Berusaha memaknai hidup dan mensyukuri hidup, menerima semua apa yang Tuhan berikan. Menagajarkan bahwa cipataan Tuhan itu selalu sempurna.

****

Sampai saat ini aku masih bersamanya, kami larut dalam cinta kami. Sebuah cinta yang tulus tanpa melihat suatu kekurangan. Menerima semua apa adanya.  Sama halnya seperti cinta, tak ada yang sempurna bahkan tak akan ada yang abadi. Tapi kita bisa membuatnya seakan menjadi sempurna dengan saling melengkapi, saling menerima.

Dia memberikan selembar kertas kecil padaku dengan sebuah tulisan “kamu yakin sama aku sam? aku gini loh, kamu tetep mau?”

Aku kemudian bicara padanya, “kok kamu ngomong gitu” aku melihat matanya. Dia hanya diam.

“Aku sayang kamu, kalopun aku nggak yakin, aku nggak akan sejauh ini cinta sama kamu. Kamu sayang aku kan?” tanya ku

Dia mengangguk dan memelukku. Dalam pelukan itu aku berkata “Kita buat simple aja ya, Aku cinta kamu, dan kamu cinta aku. Kita harus tetep bisa saling mencintai ya.” Lalu aku merasakan bahuku basah akan sesuatu, airmata. lalu dia memelukku erat.

****

Aku menggenggam sebuah senja yang akan selalu indah, senja yang bersuara lewat hatinya dan gerakan lembutnya, Dan samudera akan selalu melihat keindahan sang senja, Bersama.

_dyazafryan_