Perkenalkan Aku, Masa Lalumu.

Aku sudah lelah berkeluh kesah pada dunia yang kita biaskan.
Dan lalu aku mati.

Rindu lalu perlahan menepi. Ia tak ingin lagi menjelajahi hidupmu yang juga perlahan menjauh.
Kau menghilang.
Kau melangkah maju, tanpa mampu kukejar.

Dan menunggu hanya akan jadi cerita yang mengisi catatan kelam.
Bersama ribuan puisi-puisi yang mencoba untuk tetap hidup.

Kamu pantas bahagia. Bersama udara yang kau hirup.
Menikmati senja di kota dimana kamu dan dia bertemu.
Meresapi hujan yang membasahi jari jemari kalian.
Dan berjalan beriringan menuju tahta tertinggi cinta, keabadian.

Dan menunggumu hanya akan jadi bayang semu. Lalu menghilang.

Yang timbul kemudian adalah titik-titik air lewat sudut mata yang telah berkaca-kaca.
dan menghapus segala resah tentangmu.
Menghapuskan segala ragu padamu.

Aku meyakinkan diri untuk menjadikan semuanya baik-baik saja. Dan membiarkan semua berjalan apa adanya.
Kamu, dengan ceritamu.
Dan aku dengan puisi-puisiku.
Ya, perkenalkan. Aku kini masa lalumu.

Puisi karya Dyaz Afryan

Ada beberapa kisah yang memang tak mungkin terulang lagi. Kamu adalah cerita yang pantas untuk dilepaskan tanpa perlu dilupakan, lalu dikunci sedalam-dalamnya hingga Tuhan sendiri yang akan membukanya kembali.

Sudah saatnya aku pergi dan tak lagi menyerukan namamu dalam batinku, pikiran, hati, rindu-rindu, dan doa-doaku.

Mungkin ini akan jadi puisi terakhir yang aku kisahkan tentangmu, dan semuanya akan tetap hidup Hingga Tuhan kembali membisikan doa-doa kecil di hatiku untuk menuliskan semua lagi tentangmu.

Untuk sisa titik -titik airmata yang jatuh karenamu, kisah kita yang telah berlalu.

Aku menutup mata untuk masa lalu kita.

dyaz afryan, 18:30. Biarkan Tuhan membawa kebahagiaan kita masing-masing.