Embun dan Kabut


Embun dan Kabut

“Embun yang bening dan kabut yang samar, Seperti matamu”

—-

Senang sekali dengan embun dan kabut

Embun datangnya tidak setiap hari, turun perlahan-lahan

Bening, basah, dingin tapi indah

Kabut, samar, namun indah

Kamu, seperti itu

Embun dan kabut, indah namun tak selalu hadir

Karena aku enggan, namun ingin sekali tetap merasakannya

Karena aku enggan, namun otakku ingin mengatakan

: Ini namanya rindu

Embun yang bening, dan kabut yang samar

Seperti matamu

Teduh

Tapi aku tak pernah bisa membacanya

Seandainya, tidak ada andai di dunia ini

Hanya ada embun dan kabut saja

Aku ingin berkata

Embun dan kabut, pergilah

: Aku sungguh rindu

Embun dan kabut, puisi karya Windri Fitria ( @cappucinored ) dalam buku #Vague

_dyazafryan_

24 thoughts on “Embun dan Kabut

  1. assalamu alaikum wr. , Yaz..

    ehm..ehm..
    hebatnya manusi selalu melingkupi dinamika hidupnya dengan etika, sehingga mampu mengungkapkan perasaan2 hatinya secara tersirat…

    saya mencoba memahami puisinya…
    bahwa seringkali “kita” mencari alasan yg tepat utk sebuah kerinduan, namun selalu saja gagal..karena memang nggak ada, dan tak perlu ada..
    saat “Embun dan kabut, indah namun tak selalu hadir” hanyalah jeda waktu keberadaan semata, saat dimana lebih banyak kesempatan belajar utk tidak saling menyakiti,namun sekali kali tidak akan pernah menemukan alasan untuk tidak saling merindukan…..
    dan saat yg tepat utk mengatakan “ah, jangan – jangan ini hanya kerinduan yang bertepuk sebelah ekor…..!”

    wkwkwkwkkkkkk

    salam kerinduan sebelah ekor…
    hehe..

Leave a reply to dyazafryan Cancel reply